Sabtu, 16 Juli 2011

cara membuat pakannya

Pembuatan Starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) Oleh Petani
Sebagai petani organik, kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan dekomposer. Berbagai macam bahan-bahan dekomposer banyak beredar di pasar (seperti EM4). Petani yang ingin mandiri tidak ingin selalu bergantung dengan pihak lain, terutama pihak-pihak penyedia sarana produksi pertanian.

“Kalau kita bisa bikin EM4, kenapa kita harus beli? EM4 itu kan sama saja dengan MOL, dari baunya kan sudah sama,” ungkap Kariman, Lakbok. Dari sinilah ide mengkaji bagaimana membuat atau menghasilkan mikroorganisme lokal atau lebih sering dikenal dengan nama MOL. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani-petani kreatif di Ciamis membuat MOL dari bahan-bahan seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga, dll), rebung, pucuk tanaman merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan.

“Sekarang saya kalau kencing selalu ditampung, urinenya buat disiram ke sawah, hasilnya padinya jadi bagus,” ujar Cicih, petani anggota KSP Alam Sejati, Panumbangan. Hal serupa juga diungkapkan oleh H. Eha, Aam Amalia, anggota KSP Alam Sejati yang lain. “Cara membuat MOL itu mudah, semua yang ada di sekitar kita bisa dipakai, semua bahan dicampur dengan yang manis-manis seperti air nira, air gula, air kelapa juga bisa. Lalu ditutup dengan kertas, dibiarkan sampai 7 hari. Setelah itu dipakai untuk nyemprot ke sawah”, jelas Sutar, KSP Bumi Sejati, Banjarsari yang disebut sebagai “profesor” oleh teman-temannya, karena keahliannya meramu berbagai bahan menjadi MOL, bahkan mengatakan bahwa MOL baik juga untuk diminum oleh manusia.

Kolam yang kami buat berukuran panjang 5 meter dengan ketinggian 1 meter, sedangkan lebar dari kolam tersebut 80 cm. Kolam dibuat dengan menggunakan terpal seperti yang terdapat pada gambar, kami membeli ukuran lebar 4 meter dn panjan9 8 meter dengan harga jual 8000 per meter, Untuk pembuatan seperti gambar tersebut dibutuhkan bambu sebanyak 3 buah dan balok kayu sebagai tiang penyanggah, jika menggunakan bambu sebagai balok penyanggah kekuatanya kurang dapat dihandalkan. kami diuntungkan dengan sisi yang menghadap ketembok sehingga beban menjadi sedikit berkurang, bayankan saja jika tidak ada tembok maka kebutuhan akan bambu pasti akan bertambah sekitar 2 batang lagi. Pembuatan dilakukan pada mingu pertama Januari, ini merupakan proyek pertama kami dalam upaya menciptakan lapangan kerja bagi diri kami sendiri mengingat adanya krisis Global sehingga kontinuitas kami dalam bekerja sehari-hari pun menjadi berkuarang.
Pada pekan selanjutnya kami menyiapkan jerami sebagai bahan atau media untuk kolam tersebut, kebetulan didekat daerah kami masih banyak lahan sawah ya walaupun tidak cukup banyak seperti dipedesaan, Kami menyiapkan 8 karung ukuran besar jerami dan kami cacah supaya menjadi lebih kecil sehingga belut tidak terjebak di antara jerami yg akan menyebabkan kematian. Jerami yg telah dicacah tersebut lalu didiamkan selama satu minggu dengan maksud untuk dijemur supaya kering akan tetapi karena kondisi cuaca kurang bersahabat sehingga menyulitkan kami dalam proses pengeringan tersebut. Pada pekan selanjutnya kami menyiapkan gedebog pisang yang dicacah juga seperti jerami jumlahnya tidak sebanyak jerami, sekitar satu karung ukuran besar saja.
Pada tahap selanjutnya kami memulai mencampur media-media yang telah kami siapkan, pada bagian pertama kami letakkan jerami pada bagian kedua gedebog pisang selanjutnya pupuk kandang sejumlah 1 karung. Setelah semua rata lalu kami menyiapkan Mikroorganisme Stater yg dapat kami beli di Toko Pertanian dengan harga 20.000 seliter, Mikroorganisme stater sebanyak 0.3 liter dicampur dengan seember besar air mungkin sekitar 20 liter, campuran tersebut lalu dituangkan secara merata keatas media dan kemudian didiamkan.
Pada tahap selanjutnya kami menyiapkan lumpur dari tanah persawahan untuk diletakkan diatas media yg disebutkan diatas. Lumpur diisikan kedalam kolam sampai mencapai ketinggian kurang lebih 70 cm dari total keselurahan kolam tersebut, selanjutnya diisikan air setinggi 10 cm dan diletakkan ecenggondog.
Semua itu kami sipakan dalam waktu satu bulan ditengah-tengah kesibukan kami dalam bekerja. pada pekan selanjutnya pada tanggal 8 Februari 2009 kami akan melakukan studi banding ke daerah kuningan Jawa barat untuk mendapatkan bibit sekaligus tata cara pembesaran belut tersebut sehingga dapt menambah ilmu dari peternak yg telah lebih dahulu eksis untuk mengurangi resiko kematian dan kegagalan dalam beternak belut tersebut.
Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur
Budidaya – Cara dan Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur. informasi mengenai teknik dan cara pengembangan budidaya belut yang bisa anda pelajari lewat PDF mungkin untuk dapat berbisnis dibidang belut yang sudah mencapai kesuksesan para exportir belut ke luar negeri, beberapa tips sederhana dapat anda pelajari untuk dapat mengembangkan budidaya belut secara besar maupun skala kecil, nah mari kita coba bahas sedikit Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur dibawah ini.

Media Campuran Belut

Menurut Ruslan, Cara Budidaya Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.



Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.

Pakan hidup Belut

Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

Hujan buatan

Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.

Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.
Belut sebagai salah satu komoditas perikanan sebagian besar memang mengandalkan tangkapan alam. Namun semakin lama tentu jumlahnya semakin menipis. Maka untuk memenuhi permintaan pasar belut perlu diadakan budidaya belut secara intensif dan ekonomis. Bisnis budidaya belut bisa dilakukan sebagai usaha sampingan yang menawarkan keuntungan yang cukup menjanjikan karena selain sidat, belut juga dipasarkan eksport ke beberapa negara. Dalam menekuni bisnis budidaya belut banyak pemula yang belum mengetahui seluk beluk teknik budidaya belut, sehingga kurang memberikan hasil yang memuaskan.

Ada beberapa kendala dan kasus yang sering ditemui dalam melakukan budidaya belut. Diantara permasalahan tersebut misalnya belut tidak bisa besar, belut banyak yang mati dan lain-lain. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu pengetahuan teknik budidaya belut yang cukup.

KEBUTUHAN MEDIA BUDIDAYA BELUT
Media pemeliharaan untuk budidaya belut bisa berupa kolam semen, kolam terpal, atau bahkan drum bekas. Yang penting belut tidak lari keluar media. Ukuran kolam juga disesuaikan dengan ketersediaan lahan , dan tentunya ini berkaitan pula dengan jumlah bibit belut yang akan ditebar. Selain itu kolam untuk budidaya belut diupayakan menyerupai habitat aslinya.

Untuk membuat demikian , media pada kolam diisi dengan tanah sawah atau Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos ( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang, pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :

Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
( Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya )
Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi5 cm
Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi. Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

PEMILIHAN BIBIT BELUT
Untuk mengoptimalkan hasil panen dalam budidaya belut diperlukan teknik pemilihan bibit yang baik dan tepat, sehingga diperoleh belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas gigitan,
Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak lemas jika di pegang
Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
Belut mempunyai kelamin ganda (Hermaprodit) pada kehidupannya. Belut ini menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina. Sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan. Dan karena sifat – sifat belut serupa itu, maka pada belut bisa terjadi masa kosong kelamin atau banci.

Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri. Induk belut yang baik dapat dikenali dari penampilannya. Untuk mengetahui induk belut yang baik, berikut diberikan cirri-ciri induk belut jantan dan induk belut betina.

MAKANAN BELUT
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air. Seperti serangga, siput, Cacing. Anak katak dan anak ikan. Jadi belut termasuk golongan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain.

Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain Protozoa (Hewan bersel satu ), Mikrokrusasea (Udang-udangan renik), invertebrate mikroskopik ( hewan –hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil ). Sedangkan beluta yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu kodok, dan benih-benih ikan yang masih lemah.

Karena belut menyukai binatang hidup, maka tidak mudah belut mencari makanannya. Untuk itu belut mnyergap mangsanya dengan menbuat lubang perangkap. Lubang ini dibuat denganmenggali Lumpur, baik ditepian perairan maupun ditengah sawah atau rawa. Lubang penyergap ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan. Bentuk lubang mula-mula tegak ke bawah, lalu membengkok dan mendatar.

PEMANENAN BELUT
Untuk memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah penampungan juga perlu disiapkan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan.

Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar lokal dari mulai penaburan benih minimal 3 bulan ( Sisitem dengan pembesaran ) dengan jumlah perkilonya sekitar 20 sampai 30 ekor. Untuk pemenuhan kebutuhan pasar eksport dari mulai penaburan benih minimal 6 bulan ( sistem dengan pembesaran ) dengan jumlah perkilonya dibawah 7 ekor.(Galeriukm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar